Mandiolinews com.Halmahera Selatan kembali menghadapi kelangkaan minyak tanah yang berdampak besar pada kehidupan masyarakat. Kelangkaan ini tidak hanya menyulitkan warga dalam memenuhi kebutuhan memasak sehari-hari, tetapi juga menyebabkan lonjakan harga yang jauh di atas Harga Eceran Tertinggi (HET) yang ditetapkan pemerintah.
Sejumlah warga mengeluhkan bahwa harga minyak tanah yang seharusnya berada di kisaran Rp5.000 hingga Rp6.000 per liter, kini melambung hingga Rp10.000 per liter atau lebih. Kenaikan hingga 15 ribu ini memberatkan terutama bagi masyarakat berpenghasilan rendah yang sangat bergantung pada minyak tanah sebagai sumber utama bahan bakar rumah tangga.
Penyebab Kelangkaan: Distribusi atau Ulah Spekulan?
Kelangkaan minyak tanah di Halmahera Selatan bukanlah fenomena baru. Beberapa pihak menduga bahwa pasokan dari agen atau distributor utama mengalami gangguan. Namun, tidak sedikit pula yang mencurigai adanya permainan spekulan yang menimbun minyak tanah untuk dijual dengan harga tinggi ketika pasokan menipis.
Pemerintah daerah dan pihak terkait harus segera melakukan investigasi menyeluruh untuk mengetahui penyebab utama kelangkaan ini. Jika terbukti ada penimbunan oleh oknum tertentu, maka tindakan tegas perlu segera diambil untuk menghindari penderitaan masyarakat yang lebih luas.
Dampak bagi Masyarakat.
Masyarakat Halmahera Selatan, terutama yang berada di pedesaan, masih sangat bergantung pada minyak tanah sebagai sumber energi utama. Berbeda dengan daerah perkotaan yang mulai beralih ke gas elpiji atau energi listrik, alternatif tersebut belum sepenuhnya menjangkau kawasan terpencil.
Kenaikan harga minyak tanah ini membuat beban ekonomi masyarakat semakin berat. Tidak sedikit warga yang terpaksa mengurangi penggunaan minyak tanah dan mencari alternatif lain seperti kayu bakar, yang tentu lebih merepotkan dan tidak selalu tersedia dalam jumlah cukup.
Pemerintah Harus Bertindak Cepat.
Menanggapi situasi ini, pemerintah daerah bersama Pertamina dan instansi terkait harus segera bertindak untuk memastikan distribusi minyak tanah berjalan lancar dan sesuai kuota. Selain itu, pengawasan terhadap rantai distribusi perlu diperketat agar tidak ada oknum yang memanfaatkan kondisi ini untuk keuntungan pribadi.
Solusi jangka panjang juga perlu dipikirkan, seperti mempercepat transisi penggunaan energi alternatif yang lebih stabil dan terjangkau. Namun, sebelum itu, langkah cepat dalam menormalkan pasokan minyak tanah harus menjadi prioritas utama.
Jika situasi ini dibiarkan berlarut-larut, masyarakat akan terus mengalami kesulitan, dan kepercayaan publik terhadap pemerintah dalam mengelola kebutuhan energi akan semakin menurun. Jangan sampai kelangkaan minyak tanah ini menjadi ancaman rutin yang terus membebani warga Halmahera Selatan setiap tahunnya.
oleh: penulis(askun coretan rakyat)
0Komentar