Mandiolinews com.Kepemimpinan tidak mengenal gender. Seorang pemimpin, baik laki-laki maupun perempuan, harus memiliki komitmen, keberanian, dan kemampuan untuk menghadapi berbagai tantangan.
Bagi seorang perempuan, menjadi pemimpin hebat berarti mampu berkomunikasi dan berinteraksi dengan baik dengan bawahannya, menciptakan suasana kerja yang kondusif dan produktif. Jika komunikasi berjalan dengan baik, maka miskomunikasi dan dampak negatifnya dapat diminimalisir. Pemimpin perempuan yang baik juga memiliki nilai dan etika yang dijunjung tinggi dalam kepemimpinan mereka.
Kesetaraan Gender dan Tantangannya
Kesetaraan gender masih menjadi isu di banyak tempat, termasuk di Maluku Utara. Budaya patriarki yang kuat sering kali membatasi perempuan dan membentuk persepsi bahwa peran perempuan hanya sebatas urusan domestik. Akibatnya, perempuan yang masuk ke ranah kepemimpinan kerap dipandang sebelah mata dan dianggap tidak layak memimpin.
Pemahaman gender sering disalahartikan sebagai sekadar perbedaan jenis kelamin. Padahal, gender lebih berkaitan dengan peran sosial yang dikonstruksi masyarakat, sementara jenis kelamin adalah perbedaan biologis antara laki-laki dan perempuan.
Dalam buku Model Kepemimpinan & Sistem Pengambilan Keputusan yang mengutip pandangan Morgan, seorang pemimpin yang baik adalah mereka yang mampu mengidentifikasi kebutuhan bawahannya dan memberikan pembinaan yang tepat. Oleh karena itu, pemilihan pemimpin tidak seharusnya didasarkan pada gender, melainkan pada karakteristik kepemimpinan yang dimiliki.
Pemimpin Perempuan di Maluku Utara
Maluku Utara mencatat sejarah baru dengan dilantiknya Gubernur perempuan pertama, Ibu Sherly Tjuanda, pada 20 Februari 2025. Bersama Wakil Gubernur Sarbin Sehe, ia menjadi figur pemimpin yang dinilai memiliki kapasitas, keberanian, serta kemampuan menghadapi tantangan.
Dalam pidato perdananya, Sherly Tjuanda menegaskan komitmennya untuk mengemban amanah rakyat dengan ketegasan dan integritas. Sikap ini mengingatkan pada pidato Khalifah Abu Bakar Ash-Shiddiq saat pertama kali diangkat:
"Wahai rakyatku, aku telah diangkat untuk mengendalikan urusanmu, padahal aku bukanlah orang terbaik di antara kalian. Maka jika aku menjalankan tugasku dengan baik, bantulah aku. Namun, jika aku berbuat salah, luruskanlah aku."
Kata-kata seperti amanah, ikhlas, dan berkeadilan adalah syarat utama yang harus dimiliki seorang pemimpin.
Ibnu Khaldun dan Konsep Kepemimpinan
Ibnu Khaldun, seorang sosiolog dan pemikir politik asal Tunisia (lahir 27 Mei 1337 M – wafat 2 Maret 1406 M di Mesir), memiliki pandangan tersendiri tentang kepemimpinan. Menurutnya, seorang pemimpin harus memiliki:
Ilmu pengetahuan yang luas
Kemampuan melayani masyarakat dengan baik
Loyalitas tinggi terhadap rakyatnya
Sifat adil, tegas, dan bijaksana
Kekuatan untuk mempertahankan kepemimpinannya dengan baik
Kesehatan jasmani dan rohani yang prima
Dalam konteks kesetaraan gender, Islam memberikan hak yang sama bagi laki-laki dan perempuan untuk berkiprah dalam sosial-politik, mendapatkan pendidikan yang layak, serta memperoleh perlindungan yang adil. Islam menolak segala bentuk kekerasan dan diskriminasi terhadap perempuan.
Kepemimpinan yang Berintegritas
Seorang pemimpin harus memiliki wibawa dan ketegasan dalam menjalankan tugasnya. Gubernur Sherly Tjuanda, dalam tugas perdananya, dengan tegas mengingatkan bawahannya agar tidak menjadikan jabatan sebagai alat status quo atau ajang jual beli kepentingan. Jabatan adalah amanah, bukan dagangan yang bisa diperjualbelikan.
Seorang pemimpin, baik di tingkat daerah maupun nasional, harus mengutamakan kemaslahatan rakyat di atas kepentingan pribadi atau golongan. Dengan kepemimpinan yang berintegritas, Maluku Utara diharapkan dapat bergerak maju menuju kesejahteraan yang lebih baik.
Semoga bermanfaat.Sahib Munawar, S.Pd.I, M.Pd7 Maret 2025
0Komentar